Pages

Tugas Menulis Pengantar Manajemen

Tulisan : September 2014
Dari tugas menjadi belajar banyak hal. :)

9 April 2014 adalah Pemilu legislatif di Indonesia. Jutaan orang di di Indonesia bebas menggunakan hak pilihnya di pesta demokrasi ini. Tidak semua pemilih memang menggunakan hak pilihnya, saya yakin betapa besar dan kompleksnya perencanaan untuk pesta demokrasi ini, waktu yang panjang, pikiran, materi untuk terlaksananya Pemilu Legislatif ini. Untuk menjadikan Pemilu sendiri sukses, sangat bergantung pada perencanaan yang efektif, efisien dan teknik manajemen. Perencanaan yang efektif dan efisien adalah inti dari keberhasilan pelaksanaan setiap pemilu. Proses perencanaan yang efektif haruslah menghasilkan output yakni pemilu berlangsung dengan sukses, pada waktu yang tepat, tempat yang tepat dan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Penyelenggara pemilu harus benar-benar terlatih dan sepenuhnya menyadari fungsi dan tugasnya masing-masing. Semua calon harus didaftarkan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan jadwal yang ditetapkan. Pemilih harus bisa menggunakan hak pilihnya tanpa adanya hambatan apapun jika penyelenggara pemilu telah melakukan manajemen yang efektif dari semua proses. Jika manajemen pemilu legislatif (pileg) pada 9 April lalu dinilai buruk, misalkan seperti yang beredar disurat kabar terdapat surat suara yang rusak dan tercoblos, ada juga surat suara tertukar antar daerah pemilihan (dapil), kemudian dilaksanakan pemilihan ulang. Selain dampak materi yang cukup besar, karena setiap TPS pelaksanaan Pemilu membutuhkan biaya sekitar Rp. 750.000, kemudian di web pemilu sendiri dikatakan bahwa akan diadakan Pemilu Legislatif ulang di 500 TPS, jika ditotalkan dana yang dibutuhkan Rp.375 juta, selain itu tingkat partisipasi pemilih bisa berubah.  Karena itu, dalam hal ini sangat diperlukan peran manajemen yang baik, efektif juga efisien. Saya yakin dalam pelaksanaan Pemilu 9 April sendiri telah melalui proses/ fungsi manajemen,  yang dimaksud dengan fungsi manajemen di sini hakikatnya adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh KPU, dalam rangka mendayagunakan semua sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan secara efektif juga efisien.
1.      Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai, serta menentukan cara dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefektif dan seefisien mungkin.
Pada bulan Juni 2012 lalu, KPU secara resmi menetapkan bahwa Pemilu legislatif akan dilaksanakan pada 9 April 2014, kemudian seluruh satuan kerja KPU di seluruh Indonesia mulai bergerak untuk mempersiapkan rangkaian tahapan penyelenggaraan Pemilu.Proses penetapan ini dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012. Dalam undang-undang ini, tahapan penyelenggaraan pemilu harus dilaksanakan paling lambat 22 bulan sebelum pemungutan suara. Setelah launching, KPU segera menyusun rencana program dan anggaran. Adapun Pemilu 2014 kali ini juga memakai e-voting dengan harapan menjadi sistem baru di pemilihan umum di Indonesia, e-voting ini berhubungan dengan e-KTP yang sudah dipersiapkan sejak 2012 lalu secara Nasional. Adapun target pemilu tahun ini 75% masyarakat Indonesia menggunakan hak pilihnya.
2.      Pengorganisasian adalah proses mengatur dan memberikan pekerjaan di antara para anggota, sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif.
Setelah resmi ditetapkannya pelaksanaan Pemilu Legislatif, KPU juga mulai menyusun peraturan pelaksanaan pemilu. Aturan teknis mengenai penyelenggaraan Pemilu 2014 ditetapkan setelah berkonsultasi dengan pemerintah dan DPR. Selain itu, sudah dimulai pembagian tugas untuk para pelaksana Pemilu Legislatif 2014. Pada 2013 lalu,  sudah dilakukan proses pendaftaran, verifikasi, penetapan parpol yaitu  menetapkan 12 partai politik menjadi peserta Pemilu 2014. 
3.      Kepemimpinan terkait dengan kekuasaan atau kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi anggota/ bawahan agar melaksanakan tugas-tugasnya. 
Kepemimpinan disini lebih ke pengarahan, pengarahan kepada para pelaksana Pemilu 2014 untuk melaksanakan tugas-tuganya. Lebih ke penjelasan secara rinci bagaimana pembagian tugas secara nyatanya KPU sendiri disini mempunyai tanggungjawab besar untuk kesuksesan Pemilu 2014.
4.      Pengawasan diperlukan untuk menjamin ketercapaian tujuan Pemilu sendiri.
Pengawasan Pemilu sendiri memang ada yang menangani khusus yaitu Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Bawaslu sendiri bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh Indonesia.
Dalam Pemilu Legislatif 2014 ini, KPU dan pemerintah juga butuh perencanaan strategis. Yang saya tahu yang bersumber dari berbagai media bahwa pada saat Pemilu 1999 angka golput  hanya 10,21 persen. Pada pileg 2004 angkanya naik menjadi 23,34 persen dan pada pemilu legislatif 2009 naik lagi menjadi 29,01 persen. Harus ada perencanaan strategis untuk menanggulangi atau minimal meminimalisir angka golput itu sendiri. Salah satu penyebab tingginya angka golput sendiri adalah minimnya ketertarikan untuk menggunakan hak pilih di Indonesia karena trust yang minim dan reputation yang sudah tidak lagi dipercaya oleh masyarakat. Strategi KPU yang paling efektif adalah face to face antara penyelenggara pemilu dengan masyarakat, selain menggunakan media-media saja. Seperti yang saya jelaskan diatas, bahwa secara umum tren partisipasi pemilih menurun, namun KPU masih yakin targetnya akan tercapai, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, potensi-potensi yang dimilikki serta kerja keras dari semua pihak, yakin bahwa 75% pemilih akan berpartisipasi dalam Pemilu. Beberapa strategi peningkatan sosialisasi dan partisipasi yang dilakukan KPU  di antaranya dengan melibatkan kelompok-kelompok strategis, seperti pemilih pemula, kaum beragama, perempuan, penyandang disabilitas dan kaum marginal. Namun ketika kita melihat fenomena sekarang, bahwa angka golput sendiri diperkirakan justru meningkat 34% meskipun itu bukanlah sebuah angka pasti. Sebenarnya menurut saya pribadi angka golput yang tinggi bukanlah sepenuhnya kesalahan para penyelenggara Pemilu, namun itu merupakan sebuah cerminan, cerminana tingkat kepercayaan rakyat. Partisipasi pemilih merupakan instrumen penting dalam mengukur keberhasilan pemilu. Saya mendapatkan banyak pengalaman dari Pemilu Legislatif yang pertama saya lakukan tepatnya di Desa Cisempur TPS 13, saya mencoblos 4 surat suara DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kota dan DPD. Saya memilih di Kabupaten Sumedang sehingga semua surat suara merupakan Dapil Kota Sumedang. Hidup memang pilihan, namun hidup juga adalah tentang tanggung jawab. Saya tahu pasti banyak orang yang sudah tak percaya dengan politik, namun ketidakpercayaan dan kemarahan kita tentang politik bukan berarti kita bebas dan memilih untuk angkat tangan dan lupakan, tak ada yang sempurna. Dari semua itu, pasti ada yang terbaik, tak mungkin tak ada yang memimpin Indonesia, mau dibawa kemana negeri ini jika semua orang berpikir untuk angkat tangan dan memilih golput. Golput memang pilihan tapi tidak menyelesaikan masalah. Memilihlah dengan hati nurani untuk Indonesia yang lebih baik, mari kita hargai kerja keras banyak pihak yang telah menyelenggarakan Pemilu 2014 ini.  Stakeholder bangsa ini perlu saling berpegang tangan dari mulai pemerintah, parpol, tokoh nasional, media, mahasiswa dan masyarakat luas untuk terus mengobarkan semangat dan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pemilu ke depannya, baik pilkada, pemilu legislatif maupun pilpres mendatang. Sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai tanggung jawab, kita wajib memberikan dukungan dan partisipasi penuh dalam pilpres nanti. Seluruh stakeholer bangsa ini haruslah sejalan dan selaras untuk memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Sederhana, ya cukup sederhana tapi penuh makna. Itu yang saya ingat.


0 komentar:

Posting Komentar