“Ketika dulu aku baca novel
Indonesia Mengajar 1, kepikiran ingin posting di blog pidato ini, betapa bangga,
haru, luar biasa Pemuda-Pemudi Indonesia”
Pagi tadi langit masih agak gelap. Tepat
pukul 05.20 WIB Pengajar Muda resmi dilepas di Bandara Soekarno-Hatta. Di
bandara yang membawa nama pahlawan proklamator Indonesia dan di hari saat
republik tercinta merayakan Hari Pahlawan. Hari ini Pengajar Muda berangkat.
Hari ini usai sudah gemblengan tujuh minggu, gemblengan kepemimpinan dan
kepengajaran.
Bandara ini dinamai Soekarno-Hatta. Dua tokoh ini
sesungguhnya memiliki peluang untuk meniti karier di bidangnya, hidup nyaman,
dan sangat sejahtera untuk dirinya dan untuk keluarganya. Tapi mereka memilih
untuk berjuang; pembuangan dan penjara bukan halangan. Mereka berjuang
membebaskan bangsanya dari kolonialisme. Tanda pahala mereka kini langgeng
menempel di setiap jiwa Indonesia.
Pagi ini di bandara yang membawa nama pahlawan inilah
para Pengajar Muda meninggalkan kenyamanan kota. Mereka anak-anak usia muda.
Mereka cerdas dan berprestasi. Mereka memancarkan potensi kepemimpinan yang
solid. Peluang materi besar yang ada di hadapannya mereka tinggalkan. Mereka tanggalkan
pekerjaan mapan mereka, mereka lepaskan peluang kerja bergaji tinggi. Anak-anak
muda terbaik ini memilih berangkat ke pelosok Indonesia. Di Hari Pahlawan ini
mereka memulai langkah menjadi guru SD di desa-desa terpencil.
Menjadi guru itu mulia. Menjadi guru itu wajar. Dan,
adanya guru di pelosok negeri itu biasa. Tetapi kali ini kita melihat fenomena
yang berbeda. Anak-anak muda terbaik meninggalkan kemapanan kota, melepaskan
peluang karier dan melewatkan semua kenyamanan lalu memilih menjadi guru SD di
desa-desa tanpa listrik. Berangkatnya mereka ke desa terpencil untuk mengajar
bukanlah sebuah pengorbanan, itu adalah sebuah kehormatan, kata Abah Iwan
Abdurrahman. Mereka mendapatkan kehormatan untuk melunasi sebuah janji
kemerdekaan: mencerdaskan kehidupan bangsa.
51 Pengajar Muda ini hadir dan membuat nuansa yang
berbeda tentang Indonesia. Sejak Gerakan Indonesia Mengajar diumumkan
bulan Mei 2010 kita seakan ditunjukan dengan wajah lain tentang anak-anak muda
Indonesia. Sejak awal sudah jelas-jelas dinyatakan bahwa program ini akan
menempatkan anak-anak muda di pelosok negeri, yang sebagian besar belum
terjamah listrik ataupun sinyal telepon selular. Tapi tantangan itu justru
dijawab secara kolosal. Ada 1.383 anak muda menyatakan siap untuk jadi
guru di daerah terpencil. Mereka menulis essai yang sangat menggugah. Mereka
beberkan alasan mengapa mereka siap, sanggup dan ingin sekali menjadi guru di
pelosok negeri. Mereka seakan menuliskan: Indonesia, aku ingin mengajar.
Kami tertegun!
Selama proses seleksi, dipampangkan di depan kita deretan
anak-anak muda Indonesia yang cerdas, tangguh, kreatif, idealis dan ingin
berjuang. Mereka membuktikan bahwa republik ini tidak berubah, ibu-ibu di
republik ini tetap melahirkan pejuang, ibu kita tetap melahirkan anak-anak
promotor kemajuan. Mereka adalah bukti otentiknya. Kami takjub dan tergetar.
51 Pengajar Muda memilih untuk mengabdi di ujung negeri,
menjadi guru dan tinggal bersama masyarakat biasa. Rakyat di pelosok sana sudah
hapal janji kemerdekaan, tapi kita tak kunjung melunasi janji itu.
Hari ini mereka berangkat. Tidak mudah apa yang akan
mereka akan lalui selama satu tahun ke depan, tetapi semua yang sulit
sesungguhnya adalah pelajaran hidup. Dan when the going gets tough, the tough
gets going; mereka tangguh dan insyaAllah mereka akan lewati dengan
kesungguhan. Saya pernah sampaikan, sukses itu sering bukan karena berhasil
meraih sesuatu tetapi karena berhasil menyelesaikan dan melampaui tantangan dan
kesulitan.
Dan untuk teman-teman Pengajar Muda, hari ini adalah
saatnya. Saat meneguhkan niat serta menguatkan kemauan luhur itu. Izinkan
anak-anak SD di pelosok itu mencintai, meraih inspirasi dan berbinar
menyaksikan kehadiranmu. Setelah selesai program ini maka label Pengajar
Muda akan menempel seumur hidup. Anda kenal dan bagian dari rakyat jelata. Anda
pernah hidup bersama mereka di pelosok sana, dan yang terpenting adalah anda
sebagai anak-anak muda terbaik ini telah ikut –sekecil apapun- mendorong
kemajuan, mengubah masa depan mereka jadi lebih cerah. Jejak kalian di
desa-desa terpencil itu akan dicatat dengan pahala, akan ditandai dengan peluk
persaudaran dan bersemai di kenangan anak-anak desa hingga generasi mendatang.
Kelak, setiap anak-anak desa itu berhasil meraih mimpinya, maka pahala kalian
selalu ada didalamnya.
Teman-teman Pengajar Muda tercinta, teguhkan niatmu.
Datangilah desa-desa terpencil itu dengan keikhlasan, dengan rendah hati,
dengan kesantuan, dengan kasih sayang. Sambutlah kehadiran anak-anak SD itu di
kelasmu dengan rasa cinta, belai rambut mereka dengan kasih, tatap wajah polos
mereka dengan pancaran senyum dan berikan yang terbaik darimu untuk mereka.
Izinkan anak-anak SD di desa-desa terpencil itu berbinar melihatmu, belajar
untuk maju darimu, mencintai ilmu darimu dan memandangmu sebagai visualisasi
mimpi mereka dan visualisasi mimpi orang tua mereka. Izinkan mereka bermimpi
bisa meraih apa-apa yang anda sudah raih. Tebarkan kesabaran, tumbuhkan
pengetahuan, dan tanamkan ketangguhan berjuang di dada mereka.
Teman-teman Pengajar Muda tercinta, samudra peluang
mengabdi itu ada di hadapanmu. Arungi dengan semangat, arungi dengan optimisme,
arungi dengan pengetahuan. Dan kelak kembalilah dengan berderet tanda pahala di
pundakmu. Pahala langgeng dan kenangan permanen yang bisa kalian ceritakan
sampai pada anak-cucu nanti.
Saya tulis ini semua dengan rasa haru, rasa bahagia, rasa
bangga, dan dengan gelora optimisme. InsyaAllah, Indonesia kita akan menjadi
lebih baik, lebih maju lewat langkah-langkah kecil ini.
Gema syair lagu Padamu Negeri yang dinyanyikan oleh 51
Pengajar Muda tadi pagi di Bandara Soekarno-Hatta seakan menggema di ruang
kerja ini.
Bersyukur sekali, akhirnya di Hari Pahlawan kali ini
ditakdirkan menyaksikan dan melepas para pejuang. Di Hari Pahlawan ini, satu
langkah kecil diayunkan untuk ikut melunasi sebuah janji kemerdekaan:
mencerdaskan kehidupan bangsa. Semoga keihklasan selalu menjadi bagian dari
ikhtiar ini.
Saya jabat satu per satu. Jabat dengan erat. Saya tatap
mata mereka. Bening mata kita, ada ambangan air menyerupai cermin. Tak ada
banyak kata yang diucap. Hati kitalah yang saling berjawab. Selamat jalan
teman-teman Pengajar Muda. Selamat berjuang…
Padamu negeri kami berjanji…
Padamu negeri kami berbakti…
Padamu negeri kami mengabdi…
Bagimu negeri jiwa raga kami…
Jakarta, 10 November 2010
Anies Baswedan
Source:
https://indonesiamengajar.org/tentang-pengajar-muda/pesan-anies-baswedan/
0 komentar:
Posting Komentar