Saya
ingin berbagi tentang pengalaman saya sewaktu saya duduk di bangku SMA. Yah, saya
masih ingat betul kenangan-kenangan masa putih abu itu. Jika saya ceritakan
satu per satu rasanya mulut ini tak mudah untuk berhenti karena saking banyaknya
kisah menarik di masa itu. Namun kali ini, saya akan berfokus pada satu cerita.
Cerita yang terukir di benak saya, begitu mengesankan.
Saya
masuk SMA pada tahun 2009, saya lolos seleksi masuk salah satu SMA favorit di kota
saya. Jarak dari rumah saya ke sekolah cukup jauh sehingga saya harus ngekost.
Ngekost? Wah pasti udah pada tau bahwa ngekost segalanya serba mandiri. Beda
banget tentunya sama zaman SMP. Bisa dibilang kadang agak kurang terurus kalau
kita belum terbiasa karena jauh dari orang tua meskipun selalu dipantau lewat
telepon.
Saya
lalui hari demi hari di SMA tercinta itu, teman baru, kamar baru, sekolah baru,
lingkungan baru dan tentunya guru-guru yang baru juga. Saya mencoba beradaptasi
di lingkungan yang serba baru itu. Tak terasa, satu semester telah saya lalui,
akhirnya tiba pembagian KHS (Kartu Hasil Study). Ternyata saya mendapatkan
peringkat ke 7. Saat itulah pertama kalinya saya mendapat peringkat bukan 1.
Saya merasa marah dan kecewa, rasanya saya tak bisa memaafkan diri saya
sendiri. Saya merasa apa yang saya lakukan selama satu semester ini jauh dari
kata maksimal.
Semenjak
itu, saya berjanji akan berusaha lebih baik lagi, namun tetap saja pada
kenyataannya tak mudah dalam merealisasikannya, saya sempat down saat itu. Hingga
pada saat saya masuk kelas XI, kelas
saya dipertemukan dengan seorang guru Fisika yang luar biasa.
Awalnya,
saya merasa biasa saja, lagi pula saya belum terlalu suka dengan pelajaran
Fisika. Namun, beliau sering sekali memberikan motivasi pada kami. Entah
mengapa semenjak saat itu sepertinya ada sesuatu yang berbeda. Saya menjadi
lebih semangat belajar Fisika, selain karena saya mulai menyukai pelajaran ini,
saya pun ingin segera mendengarkan motivasi-motivasi pembangkit semangat dari
beliau. Beliau pernah bercerita bahwa beliau berasal dari keluarga yang kurang
mampu. Namun, beliau mempunyai mimpi yang membara hingga beliau diterima di
salah satu univeritas negeri di Yogyakarta dan mendapatkan beasiswa. Karena
tekad beliau yang kuat akhirnya beliau menjadi seorang guru, sebuah pekerjaan
yang begitu mulia dan beliau pun sering menulis buku-buku. Bahkan, beliau
pernah memberi motivasi pada kami untuk mengejar mimpi kami dalam kondisi
apapun. Beliau juga memberikan tips pada kami, jika kami menginginkan sesuatu,
pasanglah foto sesuatu itu di dompet atau di dinding kamar karena foto itu
pasti akan sering kita lihat dan kita akan sering membayangkannya hingga kita
termotivasi dan selalu berusaha untuk mengejarnya. Beliau pun sering meluangkan
waktu di luar jam pelajaran untuk berbagi cerita pada kami, biasanya
cerita-cerita yang dapat menumbuhkan motivasi dan semangat kami. Bahkan, dalam
ulangan beliau kerap kali menghadiahkan buku pelajaran kepada siswa yang
tercepat dan terbaik nilai ulangannya. Itu menjadi salah satu pemicu para siswa
untuk belajar lebih giat. Tak hanya itu, ketika kami memasuki kelas XII, beliau
memberikan buku kumpulan soal SNMPTN pada kami untuk kami bahas bersama-sama.
Selain itu, beliau juga sering sekali mengingatkan kami bahwa selalu lebih
mendekatkan diri padaNya, berdo’alah dan berusahalah maksimal.
Motivasi
adalah energi yang sangat besar buat saya. Saya mengikuti saran beliau dan saya
memasang foto universitas yang saya impikan di dompet saya. Saya selalu
membayangkan saya sudah berada disana ketika saya membuka dompet dan saya pun
semakin bersemangat untuk bisa kuliah di universitas yang saya inginkan. Saya
berdo’a dan berusaha maksimal, akhirnya saya dapat meraih posisi 3 besar di
semester-semester selanjutnya dan bisa masuk pilihan pertama SNMTN Undangan di
Jurusan dan Universitas yang saya inginkan. Saat saya membuka hasil SNMTN
Undangan bersama keluarga saya dan saya lolos, kami menangis bahagia.
Kebahagian itu begitu nyata. Saya merasa sangat bahagia dan seolah kebahagian
itu tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Apalagi, saat saya melihat orang tua
saya begitu bangga. Setelah itu, saya langsung menghubungi guru Fisika saya dan
memberitahukan bahwa saya lolos SNMPTN Undangan, beliau dan istrinya memberikan
selamat dan merasa ikut bahagia mendengar itu, beliau pun begitu peduli pada
siswa-siswanya hingga beliau menanyakan satu per satu siswanya yang lolos
SNMPTN Undangan saat itu. Dan yang paling saya ingat, setelah itu beliau
memberikan pesan singkat pada saya, “ Lus, selamat ya. Saya sangat bersyukur
pada Yang Maha Kuasa, saya bangga pada Lusy dan kawan-kawan semua. Lus,
peluklah kedua orang tuamu, karena semua ini berkat mereka, peluklah mereka,
katakan terima kasih yang sebesar-besarnya dan
katakan Lusy sangat menyayangi mereka. Peluklah yang erat Lus dalam
tangisan bangga. Ingat Lus, ini barulah awal perjuangan Lusy. Masih banyak yang
harus Lusy lalui ke depannya. Berikanlah yang terbaik untuk orang-orang yang
Lusy sayangi dan yang menyayangi Lusy terutama kedua orang tua Lusy. Jadikanlah
INDONESIA lebih baik.. Gunakanlah ilmu
yang Lusy milikki untuk kepentingan bersama. Jadilah orang yang berguna bagi agama,
nusa dan bangsa. Sukses selalu Lusy. Aamiin.” Kata-kata itu membuat
saya sangat terharu. Saya sangat bangga mempunyai seorang guru seperti beliau.
#Tulisan ini kisah nyata yang ditulis pada saat Penulis mengikuti lomba.
#Tulisan ini kisah nyata yang ditulis pada saat Penulis mengikuti lomba.
3 komentar:
beruntung ya bisa punya guru yang sebaik itu, moga akan lebih byk lagi guru-2 yg seperti beliau hingga pendidikan di negeri ini bs lebih baik.
Aamiin...
Iya mudah2an ya. :) INSYA ALLAH.
Posting Komentar